Sabtu, 12 April 2008
Mendesain Batu Pijakan
BATU pijakan atau stepping stones adalah ornamen alternatif untuk mempercantik lanskap taman. Namun, tak sebarang batu bisa dipakai untuk elemen keras (hardscape) ini. Ornamen batu pijakan ini bisa dibeli di pasaran. Namun, Anda bisa juga membuat sendiri dengan mencetaknya langsung di tempat yang diinginkan. Menurut arsitek lanskap Nirwono Yoga IALI, bentuk dasar dari batu pijakan tidak banyak. “Paling hanya membulat dan mengotak, bentuk kotak juga paling hanya dibuat bujur sangkar atau persegi panjang,” ujarnya. Hal senada diutarakan oleh Ir Nugroho Widhi IAI HDII. Dia mengatakan, kalaupun ingin model yang lebih unik bisa menggunakan bentuk pentagon, oval, dan sebagainya. “Selama hal tersebut sesuai selera pemiliknya,” ucap sang arsitek. Model jalan setapak yang terpisah maupun yang menyambung memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Untuk model terpisah, kita bisa lebih leluasa dalam menempatkannya. Bahkan, ketika lanskap taman Anda berubah, tidak perlu biaya tambahan membuat batu pijakan yang baru. “Nah, hal ini jadi kekurangan model menyambung, tidak dapat diubah dan permanen. Variasinya hanya desain permukaan kalau tiba-tiba kita bosan dengan tampilannya,” ujar Nirwono. Nirwono pun menjelaskan tahap demi tahap cara pembuatan batu pijakan tersebut. Menurut dia, teknik pembuatannya tidak sulit, buat cetakan sesuai bentuk yang diinginkan, isi dengan adukan semen sampai ketebalan 5-7 sentimeter. Kemudian percantik bagian permukaan dengan hiasan yang Anda inginkan. Tahap ini yang membutuhkan sedikit kreativitas agar batu pijakan Anda jadi menarik. Jika Anda ingin menggunakan batu pijakan after market, menambahkan adukan semen sebagai dasarnya akan memperkuat batu pijakan tersebut. “Cuma tergantung bahan yang dibeli, kalau seperti batu candi butuh dasar semen lagi karena lebih mudah pecah, berbeda kalau misalnya menggunakan batu andesit, langsung diletakkan saja,” ucap Widhi. Tahap mendesain permukaan batu pijakan juga sebenarnya tidak sulit. Contoh batu pijakan yang paling umum adalah model batu koral. Saat cetakan adukan semen masih basah, batu koral kecil-kecil disebar merata di seluruh permukaan.Kemudian pada saat setengah kering, sikat permukaan batu pijakan agar batu koral tersebut lebih terekspos dan bersih dari cipratan semen. “Namun, jangan lupa membuat lis atau pembatas (border line) dengan lebar 5 sentimeter pada bagian pinggir pijakan. Ini agar batu koral tidak mudah lepas,” ujar Nirwono. Dari sisi perawatan, sebenarnya pemakaian stepping stones ini relatif mudah dan tidak ada perawatan khusus. “Tapi kalau ingin disempurnakan, bisa dengan coating antilumut. Itu juga tidak terlalu perlu karena justru nuansa alami yang diinginkan dari bebatuan taman,” kata Nirwono. Pendapat yang sama juga diungkapkan Widhi. Dia menilai sifat bebatuan akan semakin mengkilap ketika sering diinjak sehingga langkah perawatan sederhana yang dibutuhkan hanya disikat agar lumutnya hilang. Jika berbicara masalah fungsi utama dari batu pijakan, banyak hal yang didapat dari ornamen ini. Tujuan utama yang paling sering jadi pertimbangan orang adalah untuk dijadikan area lalu lalang orang-orang yang melalui taman. “Sehingga jelas di mana harus berpijak ketika memasuki area taman,” kata Widhi. Fungsi berikutnya adalah untuk menjaga kelestarian rerumputan. Tidak jarang taman tanpa batu pijakan mengalami degradasi kesuburan. Rumput jadi gundul karena sering diinjak akibat tidak tegasnya area pijakan. “Dengan adanya batu pijakan, otomatis orang-orang akan melewati batu pijakan tersebut,” ujar Nirwono. =OKZ/VID
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar